Ternyata ada-ada saja tingkah orang Indonesia di luar sana. Saya pernah mendapat cerita dari guru bahasa Jepang zaman SMA saya dulu.Namanya bu Elis. Di sela-sela pelajaran, ia bercerita pengalamannya sewaktu tugas belajar di Jepang. Kata Bu Elis, orang kita itu kreatif banget. Termasuk kreatif dalam mengakali pelayanan di Jepang yang serba pakai mesin. Misalnya waktu beli minuman atau beli tiket kereta api. Kata Bu Elis, kalau mau beli minum, kita tinggal memasukkan koin. Secara otomatis gelas terisi air. Ketika mesin menangkap beban berat yang telah ditentukan sesuai program, secara otomatis air akan berhenti mengalir. Nah kalau orang Indonesia itu pinter. Ketika air sedang mengisi di gelas, saat itu juga airnya langsung diminum pakai sedotan. Jadi airnya tetep mengalir karena belum mencapai berat tertentu. Lhawong disedot terus. Udah gitu nyedotnya rame-rame lagi. Mungkin orang kita memang ahli menerapkan prinsip ekonomi, dengan pengorbanan sedikit- dikitnya untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. :D
Begitu juga kalau naik kereta. Kata Bu Elis, orang kita sering memakai jaket yang di dalamnya ada kawannya yang sedang menyelundup. Jadi mbayar tiketnya nggak double. Cipirili :D
Itu akal-akalan kita kalau di negri orang. Bagaimana kalaudi negri sendiri? Saya pernah membaca majalah mingguan. Ada segmen yang membahas kebanyakan kita menganggap orang asing itu lebih hebat daripada orang-orang kita. Dan yang membuat saya agak terhenyak, ternyata tidak semua bule-bule itu senang ketika kita mengistimewakannya. Memang ada sih yang ngerasa senang tetapi ada pula yang bilang mereka merasa risih diperlakukan seperti itu. Terkadang permasalahannya ada dalam diri kita sendiri. Ketika secara mental kita merasarendah diri dihadapan mereka.
Untuk mengantisispasi ini, kakak alumnus saya pernah memberi wejangan. Kita tidak usah minder kalau berhadapan dengan orang asing. Apalagi di ranah kita sendiri. Katanya, “Orang barat itu kalau pintar nggak mungkin kerjanya di Indonesia ,pasti kerjanya di Negara-negara maju. Nah kalau isi kepalanya menengah kebawah,kerjanya baru di India atau Indonesia. Kalau kalian nggak percaya lihat saja mereka. Kalau bekerja sedikit-sedikit berdiri. Soalnya kalau mereka berdiri, mereka baru bisa mikir. Karena otaknya ada dibawah pantat. Agar otaknya nggak keteken jadinya mereka harus berdiri” Cixixiixixi,kami langsung ketawa. Bagi mbak dan mas bule jangan tersinggung ya, ini hanya kelakar kakak alumnus saja.
Back to serius. Walaupun bangsa kita sedang di landa kemelut dari berbagai bidang, korupsi, pendidikan,infrastruktur dan sebagainya, secara pribadi saya merasa bangga dilahirkan sebagai putra bangsa Indonesia. Karena saya yakin bangsa ini menyimpan berjuta khasanah hikmah. Tidak hanya kekayaan alamnya tetapi juga sumber daya manusianya.
Coba kita flash backsebentar. Negara mana yang sampai sekarang tercatat sebagai Negara yang satu-satunya berani keluar dari PBB? Presiden mana yang ketika merasa dicurangi berani berteriak pada PBB, “go to the hell with your aid, pergilah saja ke neraka dengan bantuanmu”
Coba kita ingat peristiwa di Bandung, Negara mana yang berani membakar kotanya sendiri? Pemuda-pemuda mana yang dengan gagah berani menghadapi peluru mesiu dengan hanya bambu runcing?
Tebal sejarah telah mengukir betapa bernasnya bangsa ini dahulu. Itu sewaktu zaman nenek moyang kita, bagaimana dengan sekarang ini ? Saat inipun kiprah kita masih terlihat. Pelajar Indonesia sering menyabet piala medali dalam olimpiade science. Musisi dan sastrawan kita juga diperhitungkan. Hanya saja sistem di Negara kita memang sedang bermasalah. Secara kinerja individual kita bagus tapi belum oke jika dinilai dalam suatu kesatuan bangsa.
Saya jadi teringat dengan cerita A Fuady di novelnya ‘Ranah tiga warna” , Disana ia bercerita ketika berada di Quebec. Saat itu di Quebec sedang diadakan referendum, pemungutan suara. Rakyat Quebec disuruh memilih, Quebecmembentuk Negara sendiri ataukah tetap bergabung dengan Kanada. Saat itu A Fuady bertanya-tanya, kenapa ada yang ingin Quebec menjadi Negara sendiri dan kenapa ada yang ingin mempertahankan tetap bersatu dengan kanada, kenapa bisa terpecah seperti itu?” Kemudian keluarga asuhnya yang di Quebec menjelaskan, karena ada perberdaan bahasa dan budaya. Di Kanada ada yang berbahasa Inggris ada juga yang berbahasa Perancis.
Kemudian A Fuady bilang pada keluarga asuhnya, di Indonesia kurang lebih ada 700 dialeg, walau berbeda-beda dialeg tapi tetap bisa bernaung dibawah kesatuan NKRI. Kita semua juga bisa saling berkomunikasi dengan satu bahasa kesatuan,yaitu Indonesia. Keluarga yang di Quebec takjub. Tiba-tiba A Fuady merasa bangga dengan Indonesia. Banyak hal yang dahulunya ia melihat sebagai hal-hal biasa tentang Indonesia, tapi setelah tinggal di luar negri baru tersadarkan, ternyata banyak hal hebat yang hanya bisa ditemui di Indonesia.
Di Novel perjalanannya Hanum yang berjudul “99 cahaya di langit eropa” sayajuga menemukan khasanah tersendiri tentang Indonesia. Hanum bertutur sebenarnya orang-orang Islam dari Indonesia ini sangat khas. Mereka memiliki potensi besar untuk membawa nama baik Islam di ranah eropa. Bagi masyarakat eropa, pembawaan mereka lebih mudah diterima daripada muslim arab. Dari segi performance misalnya, badan kita yang mungil, jilbab kita yang berwarna-warni, senyum kita yang ramah memberi nilaiplus tersendiri. Walau mayoritas penduduknya Islam, Indonesia juga memberi kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasi diri. Dari excecutive bank, manager bahkan pernah ada yang jadi presiden.
Saya yakin bangsa ini memiliki karakteristik yang kuat. Bandingkan dengan Negara asia lainnya yang budayanya telah luntur, tergantikan oleh budaya Negara yang menjajahnya. Berbeda dengan kita. Berabad-abad negri kita dijajah bangsa lain, tapi kebudayaannya tidak luntur. Tidak digantik dengan bahasa, budaya dan agama bangsa penjajah, mayoritas kita tetap Islam. Coba kita bandingkan dengan Spanyol, dimana Islam pernah Berjaya. Tapi kejayaan masa lalu itu seolah-olah tak berbekas sama sekali. Nilai-nilainya telah luntur. Saya yakin bangsa ini memiliki bibit unggul yang bagus. Kalau dilihat darinasab wali songo misalnya, hampir semua sunan memiliki nasab dari Husain Bin Ali yang bermuara darI Rasulullah Saw.
Sunan gresik dan Sunan Ampel misalnya, beliau adalahketurunan ke 22 dari Rasulullah SAW. Sedangkan sunan drajad dan sunan Bonang adalah keturunan ke 23 dari Rasulullah SAW. Dan begitu seterusnya semua ada nasab menuju Rasulullah kecuali sunan Kalijaga.
Ada oase tersendiri ketika saya mendengar seorang ustaz yang bilang, “Kalau di Indonesia minta doa saat menghadapi momen penting dianggap hal yang wajar. Seperti sewaktu ujian, berpergian atau melamar kerja, tapi jangan disamakan dengan bangsa barat. Kalian jangan kaget, ketika kalian minta doa lalu orang disana menjawab: I don’t believe God is an exists, Iam an atheis.”
Kita ini adalah bangsa yang besar. Dimana bangsa kita memiliki potensi penduduk yang sangat banyak. Mungkin ada yang berfikir, dengan jumlah penduduk yang banyak itu, bukankah berpotensi menghambat pembangunan negara? Sekarang mari kita bandingkan Cina dan Indonesia, banyakkan mana penduduknya? Jelas banyakkan Cina. Walaupun Cina penduduknya lebih banyak tapi faktanya Cina lebih maju bukan? Ini membuktikan banyak penduduk tidak berarti menjadi factor penghambat pembangunan Negara. Tergantung SDM nya seperti apa, jika penduduknya banyak dan SDM nya banyak, maka Negara tersebut akan menjadi Negara digdaya. Sesuai dengan hadist Rasulullah, jikakita dianjuran memiliki kualntitas yang banyak tentunya dengan kualitas yang baik pula.
Sekarang ini di Jepang, Eropa dan Negara-negara maju mulai loyo karena jumlah penduduk yang usia produktifnya semakin berkurang. Apa itu usia produktif? Yaitu usia ketika seseorang mampu menghasilkan sesuatu. Sedangkan di Negara kita tercinta Indonesia sekarang ini, pemuda-pemuda yang seusia kita banyak sekali yaitu rentang usia antara 15-25 tahun. Tentu saja ini adalah potensi emas. Bagiku Inilah alasan yang paling masuk akal untuk merubah nasib bangsa. Senadalah sama apa yang dikatakan mentri pendidikan dan wakil mentri keuangan Indonesia.
Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Ada 200 juta lebih penduduk muslim disini. Bangsa ini akan memiliki power yang besar seandainya kita mampu mengembalikan jiwa kita pada kemurnian ajaran Islam.
Jadi Teman, ditengah kemelutnya negri ini, seburuk-buruknya sistem yang sedang berlangsung, sekedar merutuk tidak akan memperbaiki situasi. Lebih baik kita menyiapkan diri, agar dimasa depan nanti kita bisa tampil menjadi sebuah solusi. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan orang-orang zaman sekarang, dimana kecurangan, ketikdakjujuran, telah menjadi hama bagi sejengkal ranah surga, nusantara kita. Salah satu cara untuk memperbaiki bangsa ini adalah dengan menggantinya dengan orang-orang yang baik di masa mendatang. Semua itu dimulai dari kita, pemuda Indonesia. Semua itu tergantung atas apa yang kita lakukan sekarang ini. Nah, masihkah kita hobi menjelek-jelekan negridimana kita dilahirkan?
Untuk closing, mari kita simak Quote dari Ian, di film 5 cm:
“Dari lahir gue disini. gue pake tanahnya , gue minum airnya. masa gue gak ada rasa terimakasihnya?”
“Saya ian ,bangga bisa berada bersama kalian disini. Saya mencintai tanah ini seumur hidup saya. Saya akan menjaganya dengan apapun yang saya punya , saya akan menjaga kehormatannya seperti saya menjaga kehormatan diri saya sendiri. Seperti saya menjaga mimpi-mimpi saya yang terus hidup bersama tanah air tercinta ini
#Arkandini Leo