TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH
(Schyzophyta,Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta)
Oleh
Najmi Indah, SP., MP
INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PGRI JEMBER
FP MIPA Jurusan Biologi
2009
Fakultas MIPA IKIP PGRI JEMBER Jurusan Biologi oleh : Najmi Indah, SP., MP
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak, baik
flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang
tidak dimiliki negara lain. Akan tetapi lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis
tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga
dataran tinggi dari daerah tropik hingga daerah sejuk, jenis-jenis pohon di
Indonesia sangat banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuh-tumbuhan
Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis
pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya
maupun sifatnya.
Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan
dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka
mendorong diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup
agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang biologi
mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang memudahkan untuk
memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan suatu sistem
klasifikasi. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk
hidup disebut dengan taksonomi atau sistematik. Bergantung pada golongan
makhluk hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang merupakan obyek
studinya adalah tumbuhan maka istilah yang digunakan adalah Taksonomi
atau Sistematik Tumbuhan, begitu juga berlaku pada obyek studi hewan.
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah
pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
Kata taksonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani Taxis yang artinya susunan
(arrangement) dan nomos artinya aturan (hukum), taksonomi merupakan
susunan berdasarkan aturan tertentu. Menurut Lawrence dalam bukunya
Taxonomy of Vascular Plants definisi dari taksonomi dengan perumusan yang
lebih sederhana, taksonomi adalah ilmu pengetahuan yang mencakup identifikasi, tatanama, dan klasifikasi pada obyek biologi yang bila dibatasi
pada tumbuhan saja sering disebut dengan taksonomi tumbuhan.
2. KONSEP TAKSONOMI
Mengenai unsur utama yang tercakup dalam lingkup taksonomi
tumbuhan seperti identifikasi, tatanama, dan klasifikasi serta konsep-konsep
dasar mengenai taksonomi tumbuhan diuraikan sebagai berikut :
a. Identifikasi
Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama dalam
taksonomi salah satunya adalah pengenalan atau identifikasi. Melakukan
identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan
identitas (jati diri) suatu tumbuhan (meliputi : menentukan nama yang
benar, tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi)
Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan
tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah
dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus
mengikuti aturan yang ada dalam KITT (Kode Internasional Tatanama
Tumbuhan).
Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan
diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan
yang mendalam tentang isi KITT.
Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen
herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar
identifikasi jenis.
b. Tatanama
Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada
kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia
tentang apa yang dimaksud.
Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang
diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa
mana asalnya.
Tujuan dari tatanama tumbuhan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai media untuk komunikasi
b. Menunjukkan identitas tumbuhan
c. Menunjukkan adanya kekerabatan
Sistem pemberian nama
Ada 2 sistem dalam taksonomi untuk sistem pemberian nama anatara
lain :
1. Nama daerah/nama lokal/nama umum
Pada awalnya nama suatu tumbuhan menggunakan bahasa induk
orang yang member nama, dengan demikian satu jenis tumbuhan
dapat mempunyai nama yang berbeda-beda sesuai dengan bahasa
orang yang memberikannya.
Misal : orang Indonesia menyebut pisang, orang Inggris menyebut
banana, orang Jawa Timur menyebut gedang, orang Sunda
menyebut cauk.
Nama daerah atau nama lokal ini dasar pemberian nama berbeda-
beda dan mempunyai sifat khusus, bersifat tidak universal artinya
tanpa metode penamaan dan penggunaannya sangat terbatas.
Beragamnya sebutan atau bahasa untuk satu jenis tumbuhan dalam
taksonomi dikategorikan nama nama daerah/nama lokal/nama
umum.
2. Nama ilmiah
Berkembangnya ilmu taksonomi tumbuhan, maka muncul nama ilmiah
(scientific name). Dimana sistem pemberian nama ilmiah ini bersifat
netral dan dapat diterima semua pihak, dimana setiap jenis memiliki satu nama ilmiah dan bahasa ilmiah yang dilatinkan sehingga dapat
diterima dan digunakan oleh seluruh ilmu taksonomi di seluruh dunia.
Sehingga dapat disimpulkan perbedaan nama umum dengan nama
ilmiah adalah sbb:
Nama Umum Nama Ilmiah
Tidak mengikuti ketentuan yang Melalui kesepakatan internasional yang diatur
manapun dalam KITT
Dalam bahasa sehari-hari Dalam bahasa yang digunakan
yang bersifat lokal atau setempat sebagai bahasa latin
Biasanya hanya dimengerti Bersifat internasional
oleh penduduk setempat
Mudah dieja dan dihafalkan Kadang-kadang sulit di eja dan
dihafalkan
Tidak jelas untuk kategori Dengan indikasi yang jelas untuk
yang mana
nama itu digunakan kategori mana nama itu dimaksud
Satu takson dapat mempunyai nama Suatu takson hanya meempunyai
yang berbeda menurut bahasa yang satu nama yang benar
digunakan dan sering banyak
sinonim serta homonim
Sistem Penamaan Binomial
Tatanama binomial (binomial = dua nama) merupakan aturan penamaan baku
bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem
taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama
yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau
bahasa lain yang dilatinkan. Oleh penyusunnya yaitu Carolus Linnaeus aturan ini
pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan, namun kemudian
dikembangkan dan diterapkan juga untuk bakteri. Sebutan yang disepakati
untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Nama ilmiah seringkali
disebut sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena
sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin
melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi
deskripsi (deskriptor) kemudian dilatinkan.
Aturan Penulisan
a) Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama
genus di awal dan nama spesies mengikutinya.
b) Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar,
uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf
kecil, lowercase).
c) Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya, artinya:
suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya
pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah
menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:
Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis
dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh :
Cyprinus carpio, Marsilea crenata
Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang
terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
d) Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari
deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan
huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika
suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku
sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh : Glycine
max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) (Merr. adalah singkatan
dari deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui
untuk menggambarkan Glycine max.
e) Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah
biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung. Contoh :
PENGUJIAN AKTIVITAS PROTEIN ANTIMIKROBIA DARI BIJI MELINJO
(Gnetum gnemon L.) TERHADAP BEBERAPA MIKROBIA PATOGENIK
TANAMAN.
f) Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali.
Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal
nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap.
Contoh : salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman
cabai adalah Fusarium oxysporum, karena menyebabkan
rendahnya produksi. Kehilangan produksi akibat F. oxysporum ini
berkisar 5-30%
g) Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama
spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp."
(zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh : Canis sp.,
berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis
Adiantum
Cara Pemberian Nama Kelas, Bangsa, Famili dan Spesies
Nama kelas : nama genus + nae; contoh : Psilophti + nae sehingga
menjadi kelas Psilophtinae
Kelas : Psilophtinae; Ordo : Psilotales; Famili : Psilotaceae; Spesies :
Psilotum nudum
Nama ordo : nama genus + ales; contoh : Lycopodi + ales sehingga
menjadi ordo Lycopodiales
Kelas : Lycopodiinae; Ordo : Lycopodiales; Famili : Lycopodineae;
Spesies : Lycopodium cernum
Nama famili : nama genus + aceae; contoh : Marchantia + ceae
sehingga menjadi family Marchantiaceae
Kelas : Hepaticeae; Ordo : Marchantiales; Famili : Marchantiaceae;
Spesies : Marchantia polymorpha
c. Klasifikasi (Keanekaragaman dan Perkembangan Klasifikasi)
Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari
seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-
takson secara teratur mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat yang dijadikan
dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang
yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan
pengklasifikasian itu.
Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem
klasifikasi buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
Sistem klasifikasi alami : dipelopori oleh Theophrastus (370SM -
285SM), salah satu murid Aristoteles. Sistem ini didasarkan pada
bentuk yang dapat dilihat dengan mata biasa (morfologi).
Theophrastus menggolongkan tumbuhan menjadi 4 kelompok :
pohon, semak, perdu dan herba.
Sistem klasifikasi buatan : diciptakan oleh Carolus Linnaeus (1707-
1778), ilmuwan swedia yang dikenal sebagai Bapak Klasifikasi.
Dasar yang digunakan adalah alat reproduksi seksual, dasar lain
yang digunakan adalah morfologi. Sistem klasifikasi buatan ini
merupakan penggolongan mahluk hidup berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, misalnya : beracun atau
berguna, piaraan atau liar, gulma atau sayuran.
Sistem klasifikasi filogenetik : diciptakan oleh Charles Darwin 1859,
menerbitkan buku tentang teori evolusi. Ia menyatakan bahwa
persamaan struktur tubuh menunjukkan hubungan kekerabatan
yang lebih dekat. Sistem ini didasarkan pada urutan
perkembangan mahluk hidup (filogeni) serta mengetahui
hubungan kekerabatan antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut
dibagi menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode
sistem numerik, periode sistem alam, dan periode sistem filogenetik.
Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang
telah ada dengan penambahan data yang baru, disebut sistem
kontemporer.
Pengelompokan semua organisme hidup oleh Carl von Linne (Latin:
Carolus Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia dibuat
tingkatan taksonomi yang terdiri dari enam takson, yaitu :
o Kingdom (kerajaan)
o Filum (divisi)
o Kelas (classis)
o Ordo (Bangsa),
o Familia (Suku),
o Genus (Marga), dan
o Spesies (Jenis)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pula
terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian
menjadi empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah
mengakibatkan sekelompok atau sebagian kelompok organisme yang
semula termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan ke dalam dunia
(regnum) baru atau regnum yang lain. Berikut beberapa sistem klasifikasi
(sistem Klasifikasi Lima Kingdom):
Sistem Dua Kingdom
Pada awalnya para ahli taksonomi mengklasifikasikan mahkluk hidup
menjadi 2 kerajaan (sistem dua kingdom) yaitu Tumbuhan (Kingdom
Plantae) dan Hewan (Kingdom Animalia), hal ini didasarkan pada :
a. Bahwa pada kenyataannya kelompok tumbuhan memiliki dinding sel
yang tersusun dari selulosa,
b. Tumbuhan memiliki klorofil yang berfungsi untuk membuat makanan
sendiri dengan melalui proses fotosintesis, dan tidak bisa bergerak dan
berpindah tempat
c. Hewan tidak memiliki dinding sel sehingga tidak bisa membuat
makanannya sendiri, dan bisa bergerak serta berpindah tempat.
Sistem Tiga Kingdom
Sistem klasifikasi terus berkembang dengan ditemukannya bahwa ada
tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa membuat
makanannya sendiri yaitu jamur (fungi), sehingga oleh para ahli
taksonomi dikelompokkan tersendiri kedalam kingdom fungi.
Pengelompokan mahkluk hidup menjadi tiga kelompok yaitu Tumbuhan
(Kingdom Plantae), Hewan (Kingdom Animalia) dan Fungi (jamur).
Sistem Empat Kingdom
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang struktur sel/susunan
sel, maka para ahli meneliti tentang ada tidaknya inti sel mahkluk hidup,
dimana sel yang memiliki membran inti disebut eukariotik dan sel yang
tidak mempunyai membran inti disebut prokariotik. Monera tergolong
mahkluk hidup yang prokariotik. Pengelompokan mahkluk hidup
didasarkan pada ada tidaknya membran inti sel ini, sehingga monera
dikelompokkan kedalam kingdom tersendiri. Pengelompokan mahkluk
hidup menjadi empat kelompok yaitu Tumbuhan (Kingdom Plantae),
Hewan (Kingdom Animalia), Fungi (jamur), dan Monera (bakteri).
Sistem Lima Kingdom
Robert H. Wittaker pada tahun 1969 mengelompokkan mahkluk hidup
menjadi lima kingdom yaitu Tumbuhan (Kingdom Plantae), Hewan
(Kingdom Animalia), Fungi (jamur), Monera (bakteri) dan Protista.
Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup
memenuhi makanannya dan tingkatan - tingkatan mahkluk hidup.
Pengelompokan Makhluk Hidup
Whitaker (1969) mengelompokkan mahluk hidup ke dalam lima
kerajaan/regnum:
1. Kingdom Monera
Monera merupakan golongan organisme yang bersifat prokariotik (inti
selnya tidak memiliki selaput inti). Kingdom ini dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1. Golongan bakteri (Schizophyta/Schizomycetes)
2. Golongan ganggang biru (Cyanophyta)
2. Kingdom Protista
Protista merupakan organisme yang bersifat eukariotik (inti selnya sudah
memiliki selaput inti). Pembentukan regnum ini diusulkan oleh Ernst
Haeckel atas pertimbangan adanya organise-organisme yagn memiliki
ciri tumbuhan (berklorofil) sekaligus memiliki ciri hewan (dapat bergerak).
Yang termasuk dalam kingdom ini adalah :
1. Protozoa
2. Ganggang bersel satu
3. Kingdom Fungi (Jamur)
Fungi merupakan organisme uniseluler (bersel satu) dan multiseluler
(bersel banyak) yang tidak berklorofil, fungi multiseluler dapat
membentuk benang-benang yang disebut hifa. Seluruh anggota dari
regnum ini bersifat heterotrof. Kingdom ini dibagi menjadi beberapa divisi
yaitu:
1. Oomycotina
2. Zygomycotina
3. Ascomycotina
4. Basidiomycotina
5. Deuteromycotina
4. Kingdom Plantae (Tumbuhan Hijau)
Meliputi organisme bersel banyak (multiseluler) dan sel-selnya mempunyai
dinding sel. Hampir seluruh anggota berklorofil sehinga sifatnya autotrof.
Yang termasuk dalam Kingdom Plantae adalah:
1. Ganggang bersel banyak (diluar ganggang biru)
2. Lumut (Bryophyta)
3. Paku-pakuan (Pteridophyta)
4. Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)
5. Kingdom Animalia (Kerajaan Hewan)
Meliputi organisme bersel banyak, yang sel-selnya tidak berdinding sel
dan tidak berklorofil sehingga bersifat heterotrof. Yang termasuk kingdom
ini adalah filum:
1. Porifera
2. Coelenterata
3. Platyhelminthes
4. Nemathelminthes
5. Annelida
6. Echinodermata
7. Arthropoda
8. Chordata
Dari penjelasan sistem klasifikasi lima kingdom diatas dapat disimpulkan
bahwa setiap kingdom mempunyai ciri-ciri utama yaitu sebagai berikut :
No Kelompok Utama Ciri Utama
1 Plantae Eukariotik, multiseluler, melakukan fotosintesis
2 Animalia Eukariotik, multiseluler, bersifat heterotrof
3 Fungi Eukariotik, multiseluler/uniseluler, menyerap zat
makanan dari lingkungan
4 Protista Eukariotik, multiseluler/uniseluler, heterotrof/autotrof
5 Monera Prokariotik, berukuran renik, uniseluler
d. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
1. Menyederhanakan obyek studi makhluk hidup yang sangat
beranekaragam sehingga mudah untuk dipelajari
2. Pengelompokan makhluk hidup untuk menghasilkan kelompok-
kelompok takson
3. Persamaan dan perbedaan ciri suatu makhluk hidup akan
menentukan jenjang takson dan juga kekerabatannya
4. Jenjang takson menunjukkan bahwa setiap kelompok kecil makhluk
hidup dengan kesamaan ciri tertentu membentuk kelompok makhluk
hidup yang lebih besar
5. Kelompok spesies membentuk genus, kelompok genus membentuk
famili, kemudian terus membentuk ordo, kelas dan devisio
3. Kingdom Plantae
Dalam ekosistem terdapat salah satu komponennya yang berperan
sebagai penyedia oksigen yang disebut juga dengan produsen , misalnya
lumut yang dapat hidup hampir di semua tempat yaitu mulai dari kutub utara
yang melintasi daerah tropis hingga daerah kutub selatan. Hal ini dikarenakan
kingdom plantae mempunyai cirri-ciri umum yaitu :
Organism eukariot multiseluler
Mempunyai dinding sel yang tersusun selulosa
Mempunyai klorofil a dan b yang digunakan untuk fotosintesis
Mampu menyimpan karbohidrat berupa zat tepung
Embrionya dilindungi oleh jaringan tumbuhan parental
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa kingdom
plantae mempunyai anggota ± 500.000 spesies dimana dapat dibedakan
berdasarkan pengelompokan menurut struktur tubuh yaitu :
a) Habitus tumbuh (tegak, menjalar dll)
b) Struktur organ tubuh (akar, batang dan daun)
c) Tipe ikatan pembuluh (konsentris, kolateral)
d) Keberadaan jaringan pengangkut
e) Kedudukan bentuk, ukuran dan tulang daun
f) Alat reproduksi dan cara reproduksi
Berdasarkan alat perkembangbiakannya, kingdom plantae digolongkan
menjadi dua yaitu :
Kormophyta berbiji (Spermatophyta)
Kormophyta berspora (Cryptogamae)
Tumbuhan tingkat rendah dikelompokkan menjadi beberapa Divisi, yaitu :
Divisi Schizophyta (tumbuhan belah), Thallophyta (tumbuhan talus), Bryophyta
(tumbuhan lumut), dan Pteridophyta (tumbuhan paku). Setiap divisi terbagi