Home » , » STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM)

STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM)

Written By profitgoonline on Kamis, 30 Mei 2013 | 06.28

          POKOK BAHASAN 3. STRUKTUR MORFOLOGI DAUN (FOLIUM) 


3.1 Bagian-bagian daun

        Organ daun dapat  memiliki  bagian-bagian antara  lain: (1)  pangkal daun  (leaf

base) yaitu bagian yang  berhubungan dengan bagian batang tumbuhan, (2)  pelepah

atau  upih daun  (vagina), yaitu bagian daun yang  memeluk  batang, (3) tangkai daun

(petiole), yaitu  bagian daun yang  pada  umumnya  berbentuk silinder, dan  (4)  helaian

daun  (lamina), yaitu  bagian  daun  yang  berbentuk  pipih  dorso-ventral  serta  berguna

untuk fotosinthesa.

        Pangkal   tangkai   daun   pada   golongan   tumbuhan     tertentu  dapat  memiliki

pengikut daun atau pelengkap daun, dapat bersifat persistent atau mudah gugur, dapat

berupa  daun penumpu  (stipula), terdapat  di pangkal tangkai daun, dan berdasarkan

pada   tataletaknya  dibedakan:   (1). daun   penumpu    bebas   (liberae), (2). dua   daun

penumpu melekat  di kanan-kiri pangkal tangkai daun  (adnate), (3) daun penumpu di

ketiak  (axillaris; intrapetiolaris)  (4). daun penumpu berlawanan  (opposita; antidroma),

dan (5) daun penumpu berilangan (interpetiolaris). Disamping itu pengikut daun dapat

berupa   selaput  bumbung    (orchrea)  yang   merupakan    pelmdung    kuncup,  membalut

batang, misalnya pada tumbuhan anggota suku Polygonaceae, dan lidah daun (ligula)

merupakan tonjolan di ujung upih daun, dan berguna untuk melindungi kuncup dan air,

misalnya pada semua jenis anggota suku Poaceae (Gramineae).

3.2 Tata  Letak Daun Pada  Batang atau Duduk Daun (Phyllotaxis atau Dispositio

Foliorum)

        Tata letak daun adalah aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan

jumlah   daun  setiap  buku   maka   duduk   daun  dikatakan   : 1.  duduk  daun  tersebar

(sparsa), 2. duduk daun berhadapan (opposite), 3. bersilang-berhadapan (decusate),

4. duduk  daun  berkarang  (vertillate).  Pada  tumbuhan  yang  memiliki  batang  dengan

ruas  yang  pendek  dapat  memiliki  duduk  daun  yang  berjejal  di  ujung  batang  (roset

batang) misalnya kelapa (Cocos nucfera), atau di pangkal batang (roset akar).

3.4 Daun tunggal (folium simplex)

        Daun  tumbuhan  dapat  lengkap  atau  tidak  lengkap,  bagi  daun  yang  lengkap

dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun yang

tidak  lengkap,  adalah  daun  yang  tidak  memiliki  salah  sam  atau  dua  bagian  utama,

dapat  memiliki kenampakan sebagai: (1)  .daun bertangkai; adalah daun yang  hanya
memiliki  bagian  tangkai  dan  helaian  daun,  (2)  daun  berupih;  adalah  daun  yang  hanya
memiliki  bagian  upih  dan  helaian  daun,  (3)  daun  duduk  (sessile);  adalah  daun  yang
hanya  memihki  helaian  daun  saja,  dan  daun  duduk  memiliki  tipe  yang  duduk  tatapi
pangkal  helaian  memeluk  batang  disebut  duduk  memeluk  batang  (amplexicaulis),  (4)
daun semu (filodia); adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang melebar.

3.5 Bentuk daun (circumscriptio)
Penentuan  bentuk  daun  berdasarkan  pada  bentuk  dan  helaian  daun,
sedangkan  tangkai  dan  upth  daun  tidak  menentukan  bentuk  daun.  Bentuk daun dapat
dibagi menjadi empat sen atau pola, yaitu
a.  Seri clip ;
yaitu  bentuk  helaian  daun  yang  memiliki  bagian  terlebar  di  tengah-tengah helaian
daun,  bentuk-bentuk  turunannya  ditentukan  berdasarkan perbandingan panjang dan
lebar  helaian  daun,  dibedakan:  (1).  bentuk  bulat  (orbeicularis);  diidentifikasi  demikian
karena  perbandingan  panjang:  lebar  =  1:1,  (2).  bentuk  membulat  (ovalis;  elipticus);
diidentifikasi  demikian karena perbandingan panjang : lebar 1.5-2 : 1.3. , (3) bentuk bulat
bulat  memanjang  (oblongus)  perbandingan  panjang  :  lebar  2.5-5 : 1 , (4)  bentuk
lanset (lanceolatus) perbandingan
b.  Seri bulat telur (ovate) ;
yaitu  bentuk  helaian  daun  yang  memiliki  bagian  tengah-tengah
helaian  daun,  penentuannya  bukan  berdasarkan  ukuran  tetapi  berdasarkan
pengibaratan  dengan  bentuk  benda,  dibagi  menjadi  2  tipe:  (1)  Pangkal helaian daun
tidak  bertoreh, memiliki  empat  variasi  bentuk  antara  lain:  (a)  bentuk  bulat  telur  (ovate)

 menyerupai  bentuk  telur  2  dimensi  dengan  pangkal  membulat,  (b).  bentuk  segitiga

 (triangulare);  menyerupai  bentuk  dua  dimensi  segitiga  sama  kaki,  (c)  bentuk  delta

 (deltoid) menyenipai bentuk dna dimensi segitiga sama sisi, (d) bentuk belah ketupat

 (rhomboid); menyerupai bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama

 panjang. (2)  Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain:

 (a)bentuk jantung (cordatus; cordate); bentuk mi ditandai dengan ujung daun runcing,

 meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, (b) bentuk ginjal (reniform); bentuk

 mi ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan pangkal bertoreh, (c) bentuk anak

 panah (sagitate); daun sempit  ujung tajam, pangkal daun dengan torch yang  lancip,

 (d)  bentuk tombak  (hastate); sama dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal

 daun  lemah,  sehingga  hampir  mendatar,  (e)  bentuk  bertelinga  (auriculate),  seperti

 bangun tombak, tetapi pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang.

 c.  Seri bulat telur terbalik (obovate)

     Bentuk-bentuk  turunannya  antara  lain:  (1)  bentuk  bulat  telur  terbalik  (obovate);

seperti  bulat  telur  tetapi  bagian  terlebar  di  dekat ujung,  (2)  bentuk  jantung  terbalik

(obcordate);  seperti  bangun jantung  tetapi  yang  terlebar  di  dekat      ujung,  (3)  bentuk

pasak atau segitiga terbalik  (cuneate), (4)  bentuk sudip  (spathulate), serupa dengan

bulat telur terbalik dengan ukuran yang relatif panjang.

 d.  Seri garis (lineans)

     Bentuk-bentuk     turunannya    antara   lain:  (1) bentuk  garis   (linear); helaian  daun

dengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku, (2) bentuk pita

(ligulate), (3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan ukuran relatif panjang,

dengan  penampang  helaian  clip  dan  tebal,  (4)  bentuk  paku  atau  dabus  (subulate)

helaian   dengan    ukuran    pendek    seperti  sisik  keras,  dengan     penampang      helaian

silindris, ujung   runcing,   dan   berkayu,   (5)  bentuk   jarum   (acerose);   helaian   daun

berukuran sangat panjang, penampang silindris, ujung runcing.

     Disamping    bentuk    helaian  daun  juga    penting  untuk   dicermati   untuk  membuat

deskripsi tumbuhan, adalah:

 a.  Ujung helaian daun (apex) : (1) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut runcing,

     tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip, (3) tumpul (obtuse); bentuk ujung ini

     bersudut tumpul, kurang dari 900, (4) membulat  (rotundate); bentuk ujung  ini tak

     bersudut  dan  membulat,  pada  daun  bulat        atau  jorong,  (5)  rompang    (truncate)

     bentuk  ujung  rata, pada daun segitiga terbalik, (6)  terbelah  (emarginate)  bentuk
ujung menunjukan  suatu torehan atau  belahan, kadang nampak nyata, (7) berekor 
kecil  (mucronate)  ujung  daun  ditutupi  oleh  dun  keras,  (8)  berekor  (caudate);  ujung
daun seperti meruncing tetapi berukuran panjang serta membelok.


b.  Pangkal helaian daun (basis):

Pangkal  daun  berdasarkan  pertemuan  tepi  helaian  daun  dibedakan  antara:  (1)
helaian  daun  tidak  pertemu:  memilki  variasi  bentuk  runcing,  meruncing,  tumpul ,
membulat,  rompang,  dan  terbelah.  (2)  helaian  daun  bertemu:  (a)  daun  tertembus
batang  (perfoliatus)  daun  duduk  tetapi  batang  menembus  pertengahan  helaian  daun,
(b)  bentuk  tameng  (pel tatus)  tangkai daun bertumpu dibagian helaian daun , biasanya 
helaian berbentuk membulat, sehingga seperti layaknya perisai.

c.  Tepi daun (margo folii) 

        Tepi  daun   apabila   torehan  tidak  mempengaruhi      bentuk   helaian  (tepi  daun 

 merdeka),  maka     berdasarkan    pada   besamya    sudut   tonjolan  (angulus)  dan  sudut 

 torehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk: (1) bergerigi (serrate) apabila 

 sinus bersudut runcing dan angulus bersudut  runcing, (2) berringgit  (crenate) apabila 

 sinus  bersudut   runcing  dan  angulus  bersudut  tumpul,  (3)  bergigi  (dentate)  apabila 

 sinus  bersudut   tumpul  dan  angulus    bersudut   runcing,  (4)  berombak    (rephandate) 

 apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut tumpul, (5) rata (integer) apabila 

 tidak dijumpai sinus dan angulus. 

        Tepi   daun   apabila   torehannya    mempengaruhi      bentuk,   maka    bentuk   tepi 

ditentukan berdasarkan pada dalamnya toreh dan tipe pertulangan daunnya. Terdapat 

tiga  bentuk  apabila   dipandang    dari  dalamnya   torehan  daun,  yaitu:  (1)  bercangap 

(fidus); dalamnya toreh kurang dari separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe 

pertulangan    menjari   disebut   bercangab    menjari   (palmatifidus),  dan   apabila   tipe 

pertulangan  menyirip disebut  bercangab  menyirip  (pinnatifidus),  (2)  berlekuk  (lobus); 

apabila dalamnya toreh sama dengan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe 

pertulangan    menjari   disebut   berlekuk    menjari   (palmatilobus),   dan   apabila   tipe 

pertulangan  menyirip  disebut  berlekuk  menyirip  (pinnatilobus),  (3)  berbagi  (partitus); 

apabila  dalamnya  toreh  lebih  dan separo  panjang  tulang  cabang  daun,  apabila  tipe 

pertulangan    menjan    disebut   berbagi    menjari   (palmapartitus),   dan   apabila   tipe 

pertulangan menyinip disebut berbagi menyirip (pinnapartitus).

d. Pertulangan helaian daun (Nervatio) 

        Pertulangan  daun  adalah  kelanjutan  dan tangkai  daun,  sehingga  merupakan 

kumpulan berkas pengangkutan pada helaian daun. Pertulangan daun utama disebut 

ibu tulang daun (costa), pada  umumnya  membagi daun memjadi dua sisi lateral. Ibu 

tulang daun memiiki percabangan yang disebut tulangan cabang atau cabang lateral, 

dan dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus yang disebut urat daun 

(vena).  Pada   daun  jenis   tumbuhan    tertentu  misalnya   pisang   (Musa   paradisiaca), 

cabang lateral ujungnya saling bertautan membentuk tulang pinggir. 

        Berdasarkan pada susunan tulang  cabang dibedakan empat  tipe  pertulangan 

daun, yaitu: (1) menyirip (penninerve) tulang cabang tersusun seperti sirip pada ikan, 

(2) menjari (paimmerve); sejumlah tulang cabang  lurus tersusun seperti susunan jan, 

muncul  dan  satu  titik  (ujung  tangkai  daun),  (3) melengkung     (curvinerve)  sejumlah 

tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari, muncul dari satu titik (ujung 

tangkai  daun),  (4)  sejajar  (rectinerve); sejumlah tulang  cabang  tersusun  sejajar  dari 

pangkal sampai ujung helaian daun. 

3.6 Daun majemuk (Folium Compositum) 

        Daun  majemuk  berbeda  dengan  daun  tunggal  apabila  dilihat  dari  beberapa 

aspek,  antara  lain; tata  letak  kuncup  batang, jumlah  helaian  perdaun,  percabangan 

tangkai  daun,  pertumbuhan,  dan  gugurnya  daun        (umur  daun).   Di  bawah  ini  tabel 

tentang perbedaan daun tunggal dan majemuk. 

        Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas: (1) tangkai induk 

(rachis)  merupakan  aksis    pokok  yang  di  ketiak  pangkal  daunnya  dijumpai  adanya 

kuncup, (2) ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan dari aksis pokok, 

yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat  1 (rachiolla), 

ruas  cabang    tmgkat   2  (rachiololus), dan   seterusnya.   Pada   bagian   ini kemudian 

ditumbuhi  oleh  anak  daun  (foliole),  (3)  tangkai anak  daun  (petiolole)  adalah tangkai 

pendukung  helaian  daun  anak  daun  setara  dengan  daun  tunggal,  (4)  helaian  anak 

daun (foliolum). 

        Berdasarkan  susunan  dari  anak      daunnya,  daun    majemuk  dapat     dibedakan 

menjadi lima macam, yaitu: (1) daun majemuk menyirip (pinnatus); anak daun tersusun 

di kanan-kiri  aksis  dengan  susunan  seperti  sirip    ikan,  (2) daun   majemuk    menjari 

(palmatus)  anak  daun tumbuh  pada  ujung  aksis  secara  radial,  membentuk  susunan 

seperti jari,  (3)  daun  majemuk  bangun  kaki  (pedatus);  anak  daun  anterior  tersusun 

menjari, tetapi dua anak daun posterior tumbuh pada tangkai anak daun sebelumnya. 

3.7 Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus) 

        Daun  majemuk  menyirip dapat  hanya  memiliki satu  helaian anak  daun, yang 

pangkal   tangkainya    bersendi  terhadap    aksis  pokoknya,    disebut  daun   majemuk 

menyirip   beranak  daun  satu   (unifoliolate),  misalnya daun  jeruk  (Citrus aurantfolia; 

Rutaceae), dan daun  melati  (Jasminum  sambac; Olaceae).  Daun  majemuk  menyirip 

berdasarkan  posisi  anak  daun  ujung  dibedakan  menjadi:  (1)  daun  majemuk  genap 

(abruptepinnate) karena terdapat sepasang anak daun berhadapan di ujung aksis, baik 

jumlah   anak   daunnya     genap   atau   ganj il, (2) daun    majemuk    menyirip   gasal 

(imparipinnate)  karena  hanya  ada  satu  anak  daun  di  ujung  aksis,  baik jumlah  anak 

daunnya  genap  atau  ganj il.  Berdasarkan  pada  posisi  anak  daunnya  terhadap  aksis 

pokok, daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi: (1) daun majemuk menyirip 

berpasangan, pasangan anak daun berhadapan pada aksis pokok, (2) daun majemuk 

berseling; anak daun tidak berpasangan dan berhadapan, tetapi berseling pada aksis 

pokok,  (3)  daun  mejemuk    menyirip   berselang-seling   (interuptepinnate);  anak  daun 

berpasangan dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki ukuran yang 

berbeda. 

3.8 Daun Majemuk Ganda atau rangkap (Bipinnate) 

        Adalah daun majemuk yang ruas cabangnya (rachis) bertingkat, dan anak daun 

duduk pada ruas cabang tingkat tertentu. Daun majemuk menyirip apabila anak daun 

duduk pada ruas cabang tingkat satu (rachilla), maka disebut daun majemuk menyirip 

ganda dua, misalnya daun lamtoro (Leucaena glauca), dan bila anak daun duduk pada 

ruas cabang tingkat dua (rachiolla) disebut daun majemuk menyirip ganda tiga. 

3.9 Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis) 

        Daun majemuk menyirip dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu 

daun majemuk menyirip beranak daun: (1) dua  (bifoliate), (2) tiga  (trifoliate), (3)  lima 

(quinquefoliate), (4) tujuh (septemfoliate), (5) banyak (polyfoliate). Kondisi ganda pada 

daun majemuk menjari terdapat pada jenis tumbuhan Aquilegia vulgaris, yang bersifat 

ganda dua (biternatus). 


Artikel / File ini diambil dari elisa.ugmac.id dimana file ini merupakan karya dari dosen Fakultas Biologi UGM pengampu materi kuliah Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan (SPT)



Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Materi Kuliah | Fanspage Facebook | Twitter
Copyright © 2013. BIOLOGI - All Rights Reserved
Published by BIOLOG-INDONESIA