Home » , » STRUKTUR MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

STRUKTUR MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

Written By profitgoonline on Kamis, 30 Mei 2013 | 07.10

   POKOK BAHASAN 4. STRUKTUR MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI PADA 

TUMBUHAN 

1.1 Tumbuhan berbiji terbuka (Spermatophyta, Gymnospermae) 

        Pada    tumbuhan     berbiji  terbuka    (Spermatophyta;     Gymnospermae)       alat 

reproduksi  generatif  berupa  daun  yang    mendukung  spora  mirip  dengan  tumbuhan 

paku, yaitu  berupa  mikrosporoffl yang tersusun dalam strobillus  (kerucut jantan)  dan 

makrosporofil yang tersusun dalam strobillus  (kerucut  betina). Pada tumbuhan berbiji 

tertutup   (Spermalophyta;      Angiospermae)       alat   reproduksi    generatif    adalah 

perkembangan dari kuncup bunga kemudian menjadi organ bunga. Bunga merupakan 

sistem percabangan suatu batang  (aksis), yang terdiri dan bagian yang  bersifat steril 

dan  fertil.  Bagian  steril  berupa  tangkai,  dasar  bunga (receptacle),  daun  pelindung 

(brachtea), dan  perhiasan  bunga  yang  terdiri dari daun  kelopak  dan daun  mahkota. 

Bagian   yang   fertil terdiri dari mikrosporofil   sebagai   benang    sari  (stamen)   dan 

makrosporofihl megasporofil atau daun buah sebagai penyusun putik (pistilum). 

        Berdasarkan  posisinya    bunga  dapat    terdapat  di  ujung batang   atau  cabang 

(terminalis), serta di ketiak daun (axillaris atau lateralis). Bunga pada tumbuhan dapat 

berjumlah  satu  disebut  tumbuhan  berbunga  tunggal  (planta  uniflora)  atau  lebih  dari 

satu  disebut  tumbuhan    berbunga    banyak   (planta  multiflora),  yang dapat   tersusun 

sebagai  tukal   (glomerulus),  berkas   (fasiculus) atau  dalam   karangan  yang    disebut 

bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia). 

4.2 Bagian-bagian bunga majemuk (perbungaan) 

        Bunga  mejemuk  memiliki bagian-bagian penyusunnya  antara  lain: (1) tangkai 

induk atau ibu tangkai bunga (rachis; pedunculus; pedunculus communis) merupakan 

aksis  perbungaan  sebagai  lanjutan  dari  batang  atau  cabang.  Aksis     ini  dapat  tidak 

bercabang  disebut  sumbu  bunga  (scapus)  atau  bercabang  membentuk  ruas  cabang 

pertama  (rachilla),  percabangan  selanjutnya  sebagai  ruas  cabang  kedua  (rachiolla) 

dan   seterusnya,   (2) tangkai  bunga    (pedicellus) merupakan     cabang   terakhir  yang 

mendukung     bunga,   (3)  dasar  bunga  (receptacle)   merupakan    ujung  tangkai  bunga 

sebagai  tempat    bertumpunya    bagian-bagian  bunga,  (4)   daun  pelindung    (brachtea) 

merupakan     daun    terakhir  yang   di  ketiaknya   tumbuh    bunga.    Pada   tumbuhan 

Monocotyledoneae daun pelindung bersifat dominan berupa seludang bunga (spatha). 

(5)  daun  tangkai  (brachteola)  merupakan  daun  pelmdung  yang  letaknya  di  pangkal 

tangkai bunga. 

2. daun kelopak  (sepal)  merupakan daun perhiasan bunga  pangkal, pada  umumnya 

fotosintetik (hijau), secara kolektifmembentuk kelopak bunga (calyx). 

3. daun mahkota atau daun tajuk (petal) merupakan daun perhiasan bunga yang tidak 

fotosintetik  berwarna-warni      atau  tidak,  secara     kolektif membentuk       mahkota     bunga 

(corolla). Apabila kelopak dan mahkota bunga secara morfologi tidak dapat dibedakan 

disebut daun tenda bunga (tepal) secara kolektif disebut tenda bunga (perigonium). 

3. daun mahkota atau daun tajuk (petal) merupakan daun perhiasan bunga yang tidak 

fotosintetik  berwarna-warni      atau  tidak,  secara     kolektif membentuk       mahkota     bunga 

(corolla). Apabila kelopak dan malikota bunga secara morfologi tidak dapat dibedakan 

disebut daun tenda bunga (tepal) secara kolektif disebut tenda bunga (perigonium). 

Gambar 4.1. Skema bagian-bagian bunga. 

4. benang sari (stamen) adalah daun fertil yang terdiri dari kepala sari (anthem), berisi 

serbuk sari (polen), tangkai sari (filamen) pendukung kepala sari. 

5.  daun  buah  (carpell)  adalah  daun  fertil  pendukung  makrospora  berupa  bakal  bij i 

(ovulum) yang secara kolektif membentuk putik (pistill). Bunga pada umumnya memiliki 

putik   tunggal    (unipistill), tetapi   pada    keluarga     Polycarpicae     jumlahnya     banyak 

(polipistill). 

Susunan bunga majemuk 

Berdasarkan pada; (1) arah mekarnya  bunga, (2)  pertumbuhan bunga di ujung aksis 

perbungaan,  (3)  pertumbuhan  aksis  perbungaan,  perbungaan  dapat  dikelompokkan 

menjadi: 

1. Bunga majemuk tidak berbatas; dengan pertanda bunga mekar dan arah pangkal 

karangan bunga ke ujung atau dan pinggir karangan ke tengah, selalu tumbuh kuncup 

bunga  baru  dalam  waktu  tertentu,  dari  ujung  aksis  bunga  tumbuh  kontinu.  Disebut 

dengan istilah inflorescentia racemosa, botryoides, centripetal). 

Bunga majemuk tipe ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: 

a.  Aksis   karangan    bunga    tidak  bercabang;     meliputi  berbagai   bentuk   karangan 

bunga antara lain: (1) tandan (raceme); bunga bertangkai nyata dan duduk pada aksis, 

(2) Bulir (spica) bunga tanpa tangkai dan langsung duduk pada aksis, kelamin bunga 

banci, (3)  Untai atau bunga lada  (amentum); bunga tanpa tangkai duduk pada aksis, 

kelamin bunga tunggal (terdapat bulir jantan dan betma), (4) Tongkol (Spadix); bunga 

tanpa tangkai duduk pada aksis, pada aksis yang  menebal dibedakan antara bagian 

bunga jantan, betina, dan daerah steni, biasanya memiliki seludang bunga, (5) Payung 

(umbella); bunga bertangkai nyata, tumbuh di ujung aksis karangan bunga pada satu 

titik tumbuh, setiap tangkai memiliki daun pelmdung di pangkal, (6) Cawan (crymbus, 

anthodium)    bunga   bertangkai   nyata,  tumbuh  di   ujung  aksis  yang   melebar    seperti 

cawan,  bunga  duduk  dipermukaannya,  seluruh  bunga  dilidungi  oleh  daun  pembalut 

(involucrum).  Bunga yang  berjumlah banyak dibedakan antara  bunga  pinggir  (bunga 

pita;  pinggir;  ligulate)  dan  bunga  tengah  (tabung;  disc;  tubuler)  karena  letaknya  di 

tengah karangan bunga, (7)  Bongkol  (capitulum)  bunga  bertangkai pendek duduk di 

ujung  aksis  karangan yang  menggelembung  menyerupai  kepala  atau  bola, di setiap 

pangkal    tangkai    bunga    terdapat    daun    pelmdung     berupa    sisik,  (8)   Periuk 

(Hypanthodium) karangan bunga ini memiliki dua tipe berdasarkan perkembangan dan 

aksis karangan, yaitu tipe gada pada Artocarpus, dan tipe penuk Ficus. 

b.  Aksis  karangan  bercabang;  meliputi  bentuk-bentuk  karangan  bunga:  (1)  malai 

(panicula;  panicle)  aksis  karangan  bercabang  secara  monopodial,  di  setiap  cabang 

aksis merupakan unit tandan, sehingga dapat disebut tandan majemuk, (2) malai rata 

(corymbus  ramosus) merupakan karangan seperti malai, tetapi setiap bunga memiliki 

posisi  pada   kurang  lebih  pada   bidang  datar,  (3)  tongkol  majemuk  aksis    karangan 

bercanang, setiap cabang merupakan susunan tongkol, (4) Payung majemuk (umbella 

composita)    aksis  bercabang    di ujungnya,   ujung  cabang    bercabang    lagi,  sehingga 


seperti  payung    bertingkat,  (5) Bulir  majemuk;  aksis  bercabang  secara  sembarang, 

tetapi setiap cabang memiliki susunan bulir. 

2.  Bunga    majemuk  berbatas;  dengan  pertanda  bunga           mekar  dari  arah  ujung   ke 

pangkal atau dari dalam karangan ke luar, terdapat bunga di ujung karangan sehingga 

pertumbuhan     aksis   berhenti,  disebut  dengan    istilah inflorecentia  cymosa,  definita, 

centrifuga). Berdasarkan pada pola percabangan aksis karangan dibedakan berbagai 

bentuk karangan antara lain: (1) Menggarpu (dichaesium) bunga di ujung aksis adalah 

bunga tertua, aksis  bercabang  dua  buah sama  panjang, masmg-masing  mendukung 

sam    bunga    di  ujungnya,   tipe  seperti   ini di  sebut   menggarpu      tunggal   (simple 

dichaesium),    dan   bila dua   cabang    tersebut  mengalami     percabangan     lagi  disebut 

menggarpu      majemuk     (compound     dichaesium),     (2)  Tangga    atau   cabang    seling 

(cincinus) aksis bercabang secara beruntun tetapi setiap terjadi cabang pada sisi yang 

bersebelahan  (selang-selmg),  pada  setiap  pangkal  percabangan  berdaun  pelindung. 

Pada keluarga Euphorbiaceae yaitu Euphorbia spp. cabang selmg terjadi pada bunga 

jantannya  saja,  dimana  satu  bunga  betina  dikelilingi  oleh  lima  bunga  jantan  dalam 

susunan    tangga   seling  disebut   karangan    bunga    cyathium,   (3)  Sekerup    (bostryx), 

seperti pada tangga selmg tetapi sudut antar cabang adalah 900, (4) Sabit (drepamum) 

aksis bercabangsecara beruntun, tetapi cabang hanya terjadi pada satu sisi, sehingga 

bunga susunamiya membelok seperti sabit, (5) Kipas  (rhipidium) seperti pada tangga 

seling  tetapi  bunga  terdapat    kurang   lebih  pada  bidang   datar,  (6)  Karangan  semu 

(verticillate);  aksis bercabang,  setiap  cabang     mendukung     bunga    pada  setiap   buku 

cabang, 

4.3 Bagian-Bagian Bunga: 

Dasar Bunga (Receptacle; Receptaculum) 

        Dasar    bunga   merupakan  tempat      tumbuhnya     perhiasan   bunga    dan  kelamin 

bunga.  Berdasarkan  pada  perkembanganya  dasar  bunga  dapat  memiliki  bentuk: (1) 

rata; dasar  bunga  seperti  ini  menimbulkan adanya  kedudukan semua  bagian  bunga 

sama  tinggi.  Bila  dilihat  posisi  putik  terhadap  perhiasan  bunga  lebih  tinggi,  disebut 

menumpang  (superus) atau  letak  perhiasan bunga sama tinggi dengan putik disebut 

kedudukan perhiasan bunga  perigin. (2) kerucut  (torus) dengan demikian kedudukan 

putik  menjulang    tinggi,  jadi menumpang      (superus),  tetapi   perhiasan   lebih  rendah 

(hipogen),  (3)  cawan  bila  demikian  maka  perhiasan  bunga  di  tepi  cawan,  sehingga 

kedudukan     putik  tetap  menumpang      (superus)   dan   perhiasan    bunga   lebih  rendah 

(hipogen), (4) mangkuk bila demikian maka perhiasan di tepi mangkuk kedudukannya 

paling  tinggi  dibanding    bagian   bunga    lainnya  (epigen),  sedang     putik  lebih  rendah 

(inferus). 

Perhiasan Bunga (Penanthium) 

         Perhiasan bunga disusun oleh dua unsur daun steril, yaitu daun kelopak (sepal) 

yang secara kolektif menyusun kelopak bunga (calyx) dan daun malikota (petal) yang 

secara   kolektif  menyusun     mahkota     bunga   (corolla).  Kelopak    bunga   (calyx)  adalah 

perhiasan bunga terpangkal, pada waktu muda (kuncup) merupakan pelindung bagian 

bunga yang lain, tersusun dan daun kelopak (sepal). 

Mahkota Bunga (Corolla) 

         Posisi mahkota bunga ada di sebelah dalam dan kelopak, tersusun atas daun 

mahkota     (petal),   ukuran    umumnya      lebih   besar   dibanding     mahkota,     warnanya 

bermacam-macam          karena   adanya     antosian.   Susunan     bunga     bervariasi,  kadang 

berbau harum atau tidak. Bau dan warna mahkota dapat menjadi daya tarik terhadap 

kunjungan      serangga      penyerbuk.     Berdasarkan       ada    tidaknya,    serta    perilaku 

perlekatannya  bunga  dapat  memiliki fenomena: (1) tanpa  daun  mahkota  (apetal)  (2) 

daun mahkota berlepasan (choripetal, dialypetal, polypetal), bila daun mahkota  lepas 

antara  satu  dengan  yang  lain,  (3)  daun  mahkota  berlekatan  (sympetal,  gamopetal, 

monopetal), daun mahkota yang satu dengan yang lain saling berlekatan, membentuk 

tabung atau buluh mahkota, cuping mahkota, dan leher mahkota. 

         Mahkota    bunga    berdasarkan      simetrinya   dapat    dikelompokkan      antara:   (1) 

simetri beraturan (regularis; actinomorf; polisimetri), meliputi bentuk mahkota bintang, 

tabung,    terompet,    mangkuk,      corong,    lonceng,    (2)   simetri   tunggal    atau   satu 

(monosimetri,  zigomorf),  meliputi  bentuk  mahkota:  (a)  bertaj i  (calcareus)  salah  saffi 

mahkota mengalami metamorfosis menjadi taj i, (b) berbibir (labiate); mahkota terbagi 

menjadi  dua  bibir  anterior  dan  posterior, dimana  bibir  anterior  lebih  besar  dan  bibir 

posterior, (c kupu-kupu (papilionaceus) memiliki 5 daun mahkota, 1 di bagian anterior 

menjadi bendera (vexillum), 2 di bagian lateral menjadi sayap (alae), dan 2 di bagian 

posterior berlekatan membentuk  lunas  (carina), (d)  kedok  (personate); seperti bunga 

berbibir,  tetapi  bibir  posterior  lebih  besar  dan  pada  bibir  anterior,  (e)  pita  (ligulate) 

bagian  leher  mahkota  berlekatan  membentuk  pipa,  ujungnya  memiliki  1,2,3,  atau  5 

cuping mahkota. 

Alat Kelamin Jantan (Androecium) 

        Alat  kelamin  jantan    pada   tumbuhan    berasal   dari  metamorfosis    daun   fertil 

(mikrosporofil) menjadi benang sari (stamen), bagian yang akan menjadi tangkai daun 

berkembang      menjadi   tangkai   sari  (filament), bagian   yang   akan    menjadi   helaian 

berkembang menjadi kepala sari (anthera), dan bagian yang akan menjadi ibu tulang 

daun berkembang menjadi daerah penghubung ruang sari (connectivum). 

        Tangkai  sari  berdasarkan  kedudukannya  terhadap          bagian  bunga  yang    lain, 

dapat    duduk    di  dasar    bunga    (Thalamflorae),    duduk    di   permukaan     kelopak 

(CalicWorae),    atau  duduk   pada   daun   mahkota    (Corolliflorae). Berdasarkan  jumlah 

benang  sari  yang  terdapat    pada  bunga  maka  benang  sari  dibedakan  menjadi  tiga 

golongan, yaitu: (1)  banyak, jika jumlah benang  sari  lebih dari 20  buah, (2)  dua  kali 

lipat jumlah daun mahkota, j ika  benang  sari di lingkaran luar berseling dengan daun 

mahkota, ini disebut diplostemon. Jika benang sari di lingkaran dalam yang berseling 

dengan daun mahkota disebut obdiplostemon, (3) sama dengan jumlah daun mahkota. 

Jika  benang    sari  berhadapan    dengan    daun   kelopak   dan   berseling   dengan   daun 

mahkota disebut  episepal, dan jika berhadapan dengan daun mahkota dan berseling 

dengan daun kelopak disebut epipetal. 

        Kedudukan kepala sari terhadap tangkai sari dapat  memiliki kemungkinan: (1) 

tegak  (innatus;  basifixed), j ika  kepala  sari  dan tangkai  sari  menyatu.  (2)  menempel 

(adnate),  jika  tangkai  sari  berubah  menjadi  penghubung      ruang  sari.  (3)  bergoyang 

(versatile), j ika ujung tangkai sari berartikulasi di satu titik perlekatannya. Berdasarkan 

cara pecahnya kepala sari dibedakan menjadi benang sari yang membelah dengan: (1) 

celah  membujur  (longitudinal  dehiscens).  Tipe  ini  dibedakan  antara  menghadap  ke 

aksis  bunga  disebut  menghadap  ke  dalam  (introrse),  menjauhi  aksis  bunga  disebut 

menghadap      ke  luar  (extrorse), dan   sejajar  dengan    aksis  disebut   menghadap     ke 

samping (lateral), (2) celah melintang (tranversal), (3) hang (pore), (4) kelep atau katup 

(valve). 

        Berdasarkan pada  keberadaan bagian-bagian bunga tanpa  memperhitungkan 

tangkai  dan  dasar  bunga,  dapat  dibedakan  beberapa  tipe  bunga,  yaitu:  (1)  bunga 

lengkap  atau  sempurna      (complete),  jika  memiliki  kelopak  dan  mahkota     bunga.  (2) 

bunga tidak  lengkap atau tidak sempurna  (incomplete), bila tidak memiliki salah satu 

perhiasan bunga, sehingga dapat bersifat petaloid atau sepaloid. (3) bunga sempurna 

(perfect  flower)  j ika  memiliki  benang  sari  dan  putik,  j ika berkelamin  tunggal  dapat 

disebut sebagai bunga jantan (staminate flower) atau betina (pistillate flower), bersifat 

unisekual. 

        Pada    populasi  jenis  tumbuhan     atau   individu  tumbuhan,    dapat   memiliki 

komposisi kelamin bunga yang berlainan, sehmgga dapat dibedakan antara tumbuhan 

yang : (1) berumah satu (monoecus), memiliki kelamin jantan dan betina di dalam satu 

individu tumbuhan, (2) berumah dua (dioecus), terdapat  individu jantan dan betina di 

dalam   populasi   jenisnya,  (3) poligami   (polygamus),  j ika  pada   individu tumbuhan 

dijumpai individu jantan, betina, dan banci. 

Alat Kelamin Betina (Gynoecium) 

        Alat kelamin betina pada bunga tersusun atas putik (pistil), dan putik tersusun 

oleh  unit  dasarnya   berupa   daun   buah   (megasporofil;  carpell).  Putik pada   bunga 

umumnya berjumlah satu dengan banyak daun buah (unipistil policarpell), tetapi pada 

golongan Polycarpicae (Ranales) memiliki putik banyak sekali dan setiap putik disusun 

oleh satu daun buah  (polipistil unicarpell).  Putik  pada  umumnya  memiliki bagian: (1) 

bakal buah (ovarium), (2) tangkai putik (stylus), dan (3) kepala putik (stigma). Berdasar 

jumlah  daun  buah  penyusunnya  putik  dibedakan  antara  putik  tunggal  (simple)  yaitu 

putik yang  hanya disusun oleh satu daun buah, dan putik  majemuk  (composite)  bila 

disusun oleh banyak daun buah. 

Bakal Buah (Ovarium) 

        Bakal buah merupakan bagian putik yang membesar menumpang pada dasar 

bunga yang tersusun oleh daun buah (carpell). Setiap daun buah mendukung bakal bij i 

(ovule), antara bakal bij i dan daun buah dihubungkan oleh tali pusar (foeniculus). Pada 

daun buah terdapat bagian tempat tertancapnya tali pusar disebut tembum (placenta), 

dan tempat tertancapnya pada bakal bij i pada tali pusar disebut pusar bij i (hilum). 

        Daun  buah yang  menyusun  bakal  buah  (putik)  dapat  berjumlah  banyak.  Bila 

daun buah satu dengan yang lainnya tidak berlekatan (lepas) disebut putik apocarpell, 

sebaliknya bila saling berlekatan disebut putik coenocarpell. Bila salmg berlekatan dan 

membentuk satu ruang disebut  putik paracarpell, sedang  bila membentuk satu ruang 

sejumlah    daun    buah   disebut   putik  syncarpell.   Bakal   buah    dapat   dibedakan 

berdasarkan jumlah ruang, yaitu: (1) beruang satu, (2) beruang dua, (3) buarang tiga, 

(4) beruang banyak. 

        Tata  letak  tembuni   pada  daun   buah  dapat   bersifat marginal,  yaitu  apabila 

tembuni tertelak di bagian tepi dan daun buah, sedangkan apabila tembuni terletak di 

permukaan helai daun buah bersifat laminal. Plasentasi bakal bij i di dalam bakal buah 

dibedakan  menjadi  beberapa  tipe:  (1)  parietal, yaltu  pada  dinding  di  sebelah  dalam 

bakal   buah,  dapat   bersifat parietal  marginalis  atau  parietal  laminalis, (2)  sentral 

(central), bila tembuni di aksis tengah rongga bakal buah, (3) basal (basalis), tembuni 

terletak di pangkal pusat atau poros aksis buah, (4) di sudut tengah (aksilar), tembuni 

terletak di sudut pertemuan daun buah. 

Bakal Biji (Ovulum) 

        Bakal   bij i memiliki bagian-bagian   antara   lain: (1) kulit (selaput)  bakal  bij i 

(integument),   yaitu  lapisan  paling  luar yang   akan   berkembang     menjadi   kulit bij i, 

jumlahnya    dapat   lebih dari  satu,  (2) badan    bakal  biji (nucellus), jaringan   yang 

diselubungi kulit bakal bij i, (3) kandung lembaga (saccus embrional), mengandung Sel 

telur  (ovum), kandung  lembaga  sekunder, sinergid, dan antipoda. (4)  liang  bakal biji 

(micropyle), suatu  lubang  sebagai tempat  lewatnya  sel spema  melalui  buluh serbuk 

sari sebagai jalan sel kelamin jantan dalam proses pembuahan.. 

        Bakal  biji  pada  tumbuhan  berbij i  tertutup  (Angiospermae)  berada  di  dalam  . 

daun   buah  yang   berlekatan   membentuk     bakal  buah.,  sedangkan     pada  tumbuhan 

berbij i telanjang atau terbuka (Gymnospermae) bakal bij i terletak pada permukaan luar 

daun buah. 

4.4 BUAH (FRUCTUS) 

        Setelah terjadi peristiwa pembuahan (fertilisasi), maka bakal buah berkembang 

menjadi  buah. Secara  morfologi  kadang  buah yang  terjadi,  hanya  dan  bagian  bakal 

buah saja disebut  buah sejati atau buah sungguh, dan karena tidak memiliki struktur 

tambahan  disebut  buah  telanjang  (fructus  nuda).  Bila  buah  yang  terjadi  selain  dan 

bakal  buah diikuti  pula  oleh bagian bunga  yang  lain, maka  disebut  buah palsu  atau 

semu  (fructus  spurius).  Bagian  bunga  yang  dapat    berkembang  dan  ikut  menyusun 

buah   antara  lain:  (1) daun  pelindung,   misalnya  klobot  tanaman  jagung,    (2)  daun 

kelopak,  misalnya  tanaman  terong,  (3)  tangkai  putik,  misal  pada  buah  jagung,  (4) 

kepala putik, misalnya buah manggis, (5) tangkai bunga, misalnya jambu monyet, (6) 

pethiasan bunga, misalnya nangka, (7) dasar bunga, misalnya tanaman elo. 

4.5 BIJI (SEMEN)

Biji memiliki bagian-bagian:

1.  kulit  biji  (spermodermis)

2.  Tali  pusar  (foenikuhus).

3.  Inti  biji  atau  isi  biji  (nucheus  seminis).

Lembaga (Embrio)

Pada  tumbuhan  berbiji  lembaga  memperlihatkan 3 bagian utama tubuh

tumbuhan,  yaitu  :  (1)  Akar  lembaga  (2) daun lembaga (cotyhedo) (3). lembaga (caulicula)

4.6 RUMUS BUNGA

Dalam  melakukan  penyandraan  (deskripsi),  susunan  bunga  dapat  dinyatakan

dengan  rumus  bunga,  yang  dinyatakan  dengan  lambang,  huruf,  dan  angka  yang

menggambarkan sifat bunga beserta bagian-bagiannya. Lambang digunakan untuk: (1) 

simetri bunga, yaitu simetri tunggal (1), simetri banyak (reguler) (9, simetri bilateral (+). 

(2)  kelamin   bunga,   (3)  perlekatan   bagian   bunga,   perlekatan   bagain   bunga    dapat 

bersifat  connate  antar  bagian-bagain  dalam  bagian,  misalnya  antara  daun  mahkota 

satu  dengan  yang     lainnya,  dan  adnate  yaitu  antar  bagian  bunga,  misalnya  antara 

mahkota dengan benang sari. K3, C3, A(3+3), G3 rumus ini menggambarkan connate 

antara benang sari. K3, [C3, A3+31, G3. rumus mi adnate antara mahkota dan benang 

sari.  (4)  kedudukan     bakal   buah,   dilambangkan     garis  bawah    tmtuk   bakal   buah 

menumpang, garis di atas untuk kondisi tenggelam. 

        Huruf   digunakan    untuk   menyatakan     bagian    bunga,   dan   angka   digunakan 

sebagai indek untuk menyatakan jumlah bagian bunga: (1)  K atau Ca, untuk kelopak 

(calyx) bila berindeks K5, maka kelopak disusun dan 5 daun kelopak, dan bila connate 

dirumuskan  K(5),  (2)  C  atau  Co,  untuk  mahkota  (corolla)  bila  berindeks  C5,  maka 

mahkota disusun dan 5 daun mahkota, dan bila adnate dengan kelopak [K5, C5], (3) A, 

untuk  alat  kelamin  jantan  (androecium)  bila  berindeks  A3+3,  maka  disusun  dan  6 

benang  sari dalam  dun  lingkaran,  (4)  G,  untuk  alat  kelamin  betina  (gynaccium)  bila 

berindeks  G(3),  maka  disusun  dari 3  daun  buah yang  bersifat  sinkarp,  (5)  P,  untuk 

tenda bunga (perigonium).yaitu bila kelopak dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan 

(perigonium). 

4.7 DIAGRAM BUNGA 

        Diagram  bunga  adalah  gambar  proyeksi  pada  bidang  datar  seluruh  bagian 

bunga yang dipotong melintang, sehingga dijumpai penampang daun pelindung, daun 

kelopak, daun mahkota, benang sari, dan putik. Gambar diagram dinyatakan sebagai 

penampang  melintang dan setiap bagian bunga, antara  lain: (1) aksis  batang, notasi 

lingkaran  kecil,  pada  posisi  aksilar  atau  terminal.,  (2)  daun  pelindung,  notasi  bulan 

sabit  dengan  tonjolan  di  tengah  bagian  luar,  (3)  daun  kelopak,  notasi  bulan  sabit 

dengan tonjolan di tengah bagian sisi luar, (4) daun mahkota, notasi bulan sabit tanpa 

tonjolan di bagian tengah sisi luar, (5) alat kelamin jantan, notasi bentuk ginjal, (6) alat 

kelamin  betina,  notasi  lingkaran  tunggal  atau  berjari-jan  menunjukkan  jumlah  daun 

buah   penyusunnya,      serta  posisi  bij i terhadap  daun   buah.   Terdapat    dua   macam 

diagram    bunga     yaitu  diagram    empirik    dan   diagram    teoritik,  diagram    empirik 

menggambarkan bagian bunga yang benar-benar ada sesungguhnya, sedang diagram 

teoritik menggambarkan bagian sesunggulmya dan bagian-bagian bunga yang sudah 

tidak ada lagi, tetapi menurut teori seharusnya ada. 

        Langkah-langkah     yang    dilakukan   untuk   membuat    diagram    bunga    adalah 

menentukan: (1) posisi bunga pada batang, (2) garis median, yaitu garis penghubung 

antar bunga, aksis  batang, dan daun  untuk  memnentukan simetri bunga,  (3) jumlah 

unit dasar setiap bagian bunga, (4) adanya connate dan adnate bagian-bagian bunga, 

(5) aestivatio perhiasan bunga. 

4.8 PENYANDRAAN ATAU PERTELAAN (DESKRIPSI, DESCRIPTIO) 

        Pertelaan  adalah teknik  penggambaran sifat-sifat  morfologi tumbuhan secara 

verbal,  yang  dapat  dilengkapi  dengan  gambar,  data  penyebaran,  habitat,  asal-usul, 

dan manfaat dan golongan tumbuhan yang dimaksud. Pertelaan golongan tumbuhan 

dapat  pada  tmgkat  suku,  magra, jems,  dan  di  bawah  tingkat  jenis,  serta  dilakukan 

untuk populasi dalam wilayah penyebaran dan bukan diperuntukkan bagi individu. 

        Pertelaan memiliki aturan baku, yang  harus diikuti oleh pelaku: (1)  Ketentuan 

umum untuk tumbuhan (obyek): (a) dibuat dari hal yang bersifat umum ke khusus, (b) 

dari  bagian  pangkal ke  ujung  organ,  (c)  dari  luar ke dalam  organ, (d)  dari organ  ke 

bagian organ. (2) Menggunakan istilah baku botani, (3) Pengaturan kalimat sederhana, 

tanda   kata  sambung    (tipe telegraf), (4)  menyertakan    keterangan    lain  yang  dapat 

menjadi informasi bagi pengguna tumbuhan. Berikut adalah petunjuk untuk menyusun 

pertelaan   lengkap    suatu  jenis   tumbuhan:    (1)  Perawakan     (habitus),  disebutkan 

perawakan  pohon,  semak,  herba  (terna).  Ukuran  perawakan,  kemudian  umur  satu, 

dua, dan  sepanjang  tahun.  Kemudian sebut  apakah  ada  bentuk  metamorfose  misal 

rimpang,  umbi,  dan  lain-lain.  (2)  Akar,  sitem  perakaran,  bagian  akar,  adanya  akar 

khusus,   dan   lain-lain. (3) Batang,  tipe  batang   pokok,   percabangan    batang,   arah 

tumbuh,  posisi  kuncup  pada  batang,  dan  alat  tambahan,  (4)     Daun,  mejemuk  atau 

tunggal,   tangkai,  helaian   meliputi  bentuk,   ukuran,   bentuk   pangkal,   tepi, ujung, 

pertulangan, dan alat tambahan, (5)  Bunga, posisi bunga, penyerbukan, perbungaan 

(bunga majemuk), aksis bunga, daun pelindung, daun kelopak, daun mahkota, benag 

sari, putik.  Pertelaan  pada   bunga   ini selalu  menyertakan     data  mengenai    bentuk, 

ukuran, warna, dan alat tambahan, (6) Buah, tipe buah, bagian buah, bentuk, ukuran, 

dan warna, (7) Biji, tipe buah, bagian buah, bentuk, ukuran, dan warna. 

        Di samping hal-hal pokok tersebut dapat diberi informasi tambahan, berupa: (1) 

asal-usul  dari  tumbuhan,  (2)  habitat  atau  alamat  tempat  tumbuh  dan  swim  takson 

tumbuhan, (3)  keragaman di dalam  populasi jenis,  (4)  data  penyebaran atau agihan 

geografik,  (5)  manfaat  tradisional dan  modern,  (6)  gambar atau  ilustrasi dan contoh 

populasi yang dimaksud. 



Artikel / File ini diambil dari elisa.ugmac.id dimana file ini merupakan karya dari dosen Fakultas Biologi UGM pengampu materi kuliah Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan (SPT)


Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Materi Kuliah | Fanspage Facebook | Twitter
Copyright © 2013. BIOLOGI - All Rights Reserved
Published by BIOLOG-INDONESIA