Home » , » GONOBLENNORREA NEONATORUM

GONOBLENNORREA NEONATORUM

Written By profitgoonline on Selasa, 18 Juni 2013 | 20.26

GONOBLENNORREA NEONATORUM

dr Siti Tjahjono, dr Widagdo
Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/
R S Dr Kariadi
Semarang


PENDAHULUAN

Sampai saat ini Gonorrhea masih merupakan problem di seluruh dunia, bahkan di negara-negara yang sudah sangat maju sekalipun. Suburnya prostitusi, kurangnya kesadaran berobat sampai sembuh; kurangnya pengertian masyarakat serta adanya phenomena pingpong mempersulit pemberantasan gonorrhea. Malangnya penyakit ini bisa menyebar ke mata, bahkan juga mengenai mata bayi-bayi yang baru lahir. Penyakit ini termasuk golongan oculo-genital disease yakni penyakit dari tractus genitalis yang dapat menyebar ke mata. Lebih lanjut dapat merusak cornea dan lebih ke dalam lagi menyebar ke rongga orbita berakibat menurunnya visus bahkan kebutaan total. Berbagai usaha telah diambil guna melindungi mata bayi-bayi yang baru dilahirkan dari penyakit ini, namun masih didapatkan beberapa kegagalan.

GEJALA KLINIK

Gonoblennorrhea neonatorum adalah conjunctivitis puru-lenta yang disebabkan Neisseriagonorrhoeae. Kuman-kuman yang berada pada jalan lahir menyebabkan infeksi pada mata bayi yang baru dilahirkan. Masa inkubasi menurutMAY adalah 12 jam sampai tiga hari, sedang menurut DUKE ELDER adalah satu sampai tiga hari. 
Pada penyakit ini dikenal beberapa stadium :
Stadium infiltrasi. — Setelah masa inkubasi, mata terlihat bengkak dan merah, palpebra sangat oedematous dan tegang. Untuk dapat melakukan pemeriksaan sering mata harus kita buka dengan spatula. Dari rima palpebra keluar sekret se-rous/sero-sanguinus, sedikit purulent. Kelenjar lymphe preau-riculair dapat pula membengkak, bahkan dapat sampai timbul supurasi. Suhu tubuh naik. Pada preparat hapus sekret mata yang dicat dengan pewarnaan Gram, didapatkan kuman N gonorrhoeae dan erythrocyt.

Stadium blennorrhea . — Setelah lima hari supurasi makin menghebat dan sekret menjadi purulent. Pada saat ini mudah timbul ulkus cornea karena epitel cornea rusak disana-sini disertai tanda-tanda nekrosis. Bila keadaan ini dibiarkan tanpa pengobatan, terjadilah ulkus cornea perforatus dan kuman mulai masuk ke dalam bola mata dan mengakibatkan endoph-thalmitis. Kuman bahkan dapat menjalar ke jaringan rongga orbita dan menimbulkan tanda-tanda panophthalmitis. Ini merupakan komplikasi terberat. Pada stadium ini pemeriksaan preparat hapus sekret mata akan dijumpai kuman N gonorrhoeae serta leucocyt p m n.

Stadium penyembuhan.— Pembengkakan mulai berkurang, nyeri berkurang, discharge akan menghilang dalam waktu dua sampai tiga minggu akan tetapi cornea sudah mengalami kehancuran total dan timbul jaringan parut sedangkan con-junctiva tetap merah dan tebal sampai beberapa minggu. Diagnosa gonoblenorrhea neonatorum ditegakkan dengan adanya gejala klinik yang tersebut diatas dan pemeriksaan preparat hapus sekret mata yang mengandung kuman N gonorrhoeae.

DIFFERENTTAL DIAGNOSA

Inclusion conjunctivitis. — Suatu conjunctivitis purulenta yang disebabkan oleh Chlamidya oculo-genitale. Radang ini sering menyerang bayi-bayi yang lahir dari ibu yang men-derita urethritis nonspecificans. Keadaan penyakitnya tidak sehebat gonoblenorrhea. Terjadi conjunctivitis yang diffus dan dapat sembuh sendiri tanpa jaringan parut atau rusaknya cornea. Masa inkubasi adalah sekitar tujuh hari dan peme-riksaan hapus sekret mata tidak ditemukan kuman gono-coccus. Pada pemeriksaan scraping epithel conjunctiva di-dapatkan inclusion bodies.

Dacryostenosis/dacryocystitis. Padakelainan ini yang menonjol adalah keluarnya sekret serous (D D dengan gono-blenorrhea stadium infiltrasi). Mata nrocos terus menerus dan terlihat kotor. Keadaan ini juga sering mengenai bayi. Pada pemeriksaan hapus sekret mata tidak ditemukan kuman gonococcus, pada spoeling canalis lacrimalis hasilnya buntu. 

KOMPLIKASI

Ulkul cornea. — Letak ulkus umumnya di marginal, akan tetapi dapat juga disentral. Ulkus corneae sentralis inilah yang paling cepat mengalami nekrosis dan terjadi perforasi.

Endophthalmitis , Panophthalmitis. Kedua hal ini dapat ber-akhir dengan kebutaan total.

PROGNOSA

Apabila penderita mendapat pengobatan yang baik pada minggu pertama(masih dalam stadium infiltrasi),biasanya akan sembuh sempurna tanpa bekas. Sedangkan bila pengobatan pada minggu kedua maka penyembuhannya akan disertai leucoma atau leucoma adhaerens. Apabila pengobatan baru diberikan pada minggu ketiga, maka walaupun dapat sembuh akan disertai kebutaan total akibat terjadinya phthisis bulbi.

Untunglah pada umumnya penderita-penderita gonoblen-norrhea neonatorum datang berobat pada minggu pertama, sebab perhatian orang tua terhadap bayi biasanya cukup baik sehingga cepat mencari pengobatan. 

PENGOBATAN

Gonoblennorrhea neonatorum stadium infiltrasi dan stadium blennorrheasangat infeksius, sehingga perlu di rawat dan diisolasi. Sekret harus selalu dibersihkan dari per-mukaan mata. Topikal diberikan tetes mata, umumnya tetes antibiotika seperti Neosporin; Statrol; Soframycin atau Sodium penicil-lin yang dibuat tetes mata 10.000 IU/cc. Pemberian harus sesering mungkin, dapat 15 menit, 30 menit atau tiap jam tergantung hebatnya proses. Pengobatan dihentikan sampai pemeriksaan sekret mata tidak ditemukan N gonorrhoeae lagi. Juga diberikan antibiotika secara sistemik.

PENCEGAHAN

Yang paling utama adalah pengobatan terhadap ibu bayi. Sedang terhadap bayinya dikenal berbagai macam cara pen-cegahan/prophylaxis. 

Prophylaxis secara CREDE. Usaha pencegahan ini dicetus kan pada tahun 1881 oleh CARL SIEGMUND FRANC CRE-DE (1879). PadE metoda ini dipakai AgNO 3 2% satu tetes pada mata bayi-bayi yang baru dilahirkan. AgNO 3 mempu-nyai daya bakterisid terhadap kuman gonococcus. Cara ini ternyata sangat efektif, dimana timbulnya ophthalmia neo-natorum diklinik obstetri CREDE di Leipzig ini berhasil diturunkan dari 7,8% menjadi hanya 0,17%.

Di Amerika, BARSAM (1958) menyelidiki jumlah kebuta-an akibat gonoblennorrhea neonatorum pada anak-anak sekolah. Angka ini dibandingkan dengan jumlah bayi-bayi yang mendapat prophylaxis CREDE pada tahun anak-anak tersebut dilahirkan. Ternyata pada tahun 1958 didapatkan angka 0,3%.
Silver Conjunctivitis atau chemical conjunctivitis sering terjadi pada pencegahan secara CREDE ini. Tetapi keadaan ini menjadi jauh berkurang setelah digunakan konsentrasi AgNO3 yang lebih encer, yaitu 1%. Tetapi disini pelaksanaan-nya menjadi kurang praktis sebab AgNO3 inipun sering ber-ubah konsentrasinya. Apabila mengalami evaporasi dan de-komposisi oleh cahaya, konsentrasi menjadi lebih pekat dan ini bisa menimbulkan silver conjunctivitis lagi. Kekurang-praktisan dan mudah berubahnya konsentrasi AgNO3 1 % ini, menyebabkan pemakaian AgNO3 1 % kurang disukai.

Untuk mengatasi ini semua telah dilakukan berbagai usa-ha. Di negara Belanda diusahakan larutan AgNO
3 yang di masukkan dalam ampul untuk pemakaian satu kali. Namun perlu juga berhati-hati terhadap kemungkinan masuknya bagian-bagian kecil gelas ke dalam mata. Pada tahun 1976 LOENDERSLOOT mengutarakan adanya anjuran pemakaian 10 ml larutan AgNO 3 dalam flexiole. Larutan ini tidak akan mengendap pada dinding dan dapat disimpan selama setengah tahun. Prophylaxis dengan antibiotika. Drug of choice adalah penisilin, walaupun pemakaian tetes penisilin banyak yang menentangnya. Pada percobaan-percobaan dikatakan hasil-nya cukup baik namun sering menimbulkan hypersensitivity dan mata menjadi kemerahan. Juga dilakukan percobaan percobaan dengan erythromycin  (WOCHTER  dan PENNO-YER, 1956) dengan hasil baik. MARGILETH (1757) men-coba memakai bacitracin, sedangkan MARTINEZ dkk (1952) mencoba efek pemakaian Terramycin dengan hasil baik.

Menurut MASSEY dkk (1976) pemakaian tetracyclin HCl topikal pada mata hanya mempunyai efek bakteriostatik. Dalam bentuk salep 1 — 2%, efek bakteriostatiknya hanya sekitar enam jam. Bentuk-bentuk lain lebih singkat lagi, dalam bentuk oli 1 % efeknya kurang dari dua jam. Sedangkan larutan dalam air 1% atau 2% efek bakteriostatiknya kurang dari 20 menit.

Hasil penyelidikan ini sesuai dengan pendapat BARSAM dkk yang berpendapat bahwa pencegahan dengan AgNO3 1 % (yang mempunyai efek bakterisid) hasilnya lebih baik bila dibandingkan dengan cara-cara yang lain.

KEPUSTAKAAN
  1. BARSAM P C: Specific prophylaxis of gonorrheal ophthalmia neonatorum. New Engl JMed 274:731-734, 1966.
  2. CREDE: Report from the obstetrical clinic in Leipzig, Preven-tion of eye inflamation in the newborn.AmJDisChild 121:3-5,1971.
  3. DUKE ELDER S: System of ophthalmology Vol-lll, part-1. London. Henry Kimpton, 1965.
  4. FORBES G B AND FORBES G M: Silver nitrate and the eyes of the newborn. Am JDis Child 121:1-3, 1971.
  5. HEIDE JVD: Blennorrheae neonatorum. Ned T Geneesk 121:1190, 1977.
  6. MASSEY et al: Effect of drug vehicie on human ocular retention of topically applied tetracycline. Am J of Opht 81 (2): 151-156, 1976.
  7. PERRERA C A: May's manual of the disease of the e ye. 21 th ed. Baltimore. William and Wilkins Coy, 1957.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Materi Kuliah | Fanspage Facebook | Twitter
Copyright © 2013. BIOLOGI - All Rights Reserved
Published by BIOLOG-INDONESIA